Wringinanom, Gresikpos.com – Pandemi telah berdampak buruk pada sebagian orang. Banyak perusahaan yang mengalami penurunan omset sehingga pihak perusahaan terpaksa menurunkan gaji buruh sampai melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal pada sebagian buruh. Akhirnya banyak buruh kehilangan pekerjaan.
Tapi dampak pandemi tidak menghalangi Anto untuk terus berinovasi. Pria asal Desa Sumbergede Wringinanom Gresik yang berprofesi sebagai buruh pabrik ini merintis usahanya pisangnya bernama “Inasang” sekitar 4 bulan lalu.
Berlatar belakang banyaknya petani di desa Sumbergede dan kurangnya penadah untuk hasil panen dalam jumlah besar. Dari situ Anto berinisiatif memulai usaha.
“Saya kan awalnya petani pisang, untuk penadah hasil panen pisang masih terbatas. Di desa ini juga banyak petani pisang. Jadi dari saya timbul inisiatif untuk memulai usaha. Di samping untuk saya sendiri, juga bisa menampung hasil panen dari teman-teman petani,” ujar Anto.
Jenis pisang yang diambil Anto berjenis cavendish. Dia memilih pisang tersebut tentu dengan alasan, selain di sekitar rumahnya banyak petani pisang cavendish, pisang jenis tersebut yang laku di pasar-pasar modern.
Anto menggunakan modal pribadi untuk memulai usahanya dan memilih jalan semampunya. Ia sama sekali tidak meminjam Kredit Usaha Rakyat (KUR) agar tidak terlibat hutang-piutang. Sedangkan untuk pengembangan usaha, ia bercerita kalau belum ada rencana untuk meminjam. Bahkan sebisa mungkin tidak meminjam.
“Saya tahu KUR, tetapi saya belum berencana ke sana. Lebih enak pakai modal sendiri dari pada ada hutang piutang,” tandasnya.
Dengan keuntungan penjualan sekitar kurang lebih Rp 3 juta rupiah, pemasaran Inasang masih belum terjangkau luas. Sementara ini masih di outlet-outlet kecil, kemudian ke depannya akan masuk pasar modern tetapi masih tahap proses.
Kendala yang dihadapi Anto yakni market promo yang masih terbatas. Jadi untuk sementara, banyak menggunakan media sosial seperti Facebook, Youtube dan grup Whatsapp. Anto juga mempromosikan di outlet sekitar tetapi belum intensif dikarenakan membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit.
–
Kontributor : Okta Adijaya
Editor : Ahmad Baharuddin Surya