WRINGINANOM, Gresikpos.com – Petak kolam berjumlah 16 di sebelah rumah Eko Erfandi itu menjadi ladang penghasilan untuk dirinya. Pasalnya kolam berukuran 3×3 meter tersebut berisi ribuan bibit ikan lele yang siap dipasarkan. Per kolam, Eko nama sebutannya bisa mengisi bibit ikan lele sebanyak 10 sampai 15 ribu ekor.
“Di sini ada 16 kolam. Per kolamnya berukuran 3×3 meter. Untuk isinya bisa mencapai 10 sampai 15 ribu bibit lele,” tuturnya.
Eko mengawali debutnya menjadi pengusaha bibit ikan lele sejak tahun 2017. Saat itu ia merasa bosan ketika bekerja di pabrik. Maka sejak saat itu juga, ia memutuskan berhenti dari pabriknya, kemudian beralih profesi.
“Saya bosan kerja di pabrik. Tepatnya tahun 2017-an,” jelasnya.
Sebagai modal awal. Kata Eko, ia bisa menghabiskan modal sebesar Rp 1 sampai Rp 2 juta. Bahkan Eko menambahkan, “saya juga pernah meminjam uang di Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar Rp 10 juta menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bunganya tidak besar, hanya 0,3%,” ungkapnya.
Pemeliharaan bibit lele sampai siap edar menurut Eko tidak terlalu lama. Cukup membutuhkan 1 bulan setengah untuk menyiapkan bibit ikan lele siap dipasarkan. Jika dihitung dari waktunya, satu tahun Eko bisa panen sampai 6 kali. Sekali panen, Eko bisa mendapat uang sebesar Rp. 14 sampai Rp 17 juta.
“Sekali panen Rp 14 sampai Rp 17 juta. Setahun saya bisa 6 kali panen, karena untuk pemasaran bibit ikan lele harus berusia satu bulan setengah,” kata Eko.
Tempat usahanya berada di Desa Kepuhklagen Wringinanom Gresik. Kolamnya persis berada tepat di samping rumahnya. Dari 16 kolam itu, ada masing-masing kegunaannya. Ada dua kolam buat lele besar untuk menghasilkan benihnya. Lalu ada kolam tempat perkawinan lelenya, sampai kolam buat pemeliharaan bibit lelenya.
Sekali perkawinan, lele bisa menghasilkan benih sebanyak 60.000 ekor. Kata Eko itu masih lumrah. Karena di tempat lain bisa mencapai 80.000 ekor benih lele.
Kalau makanannya bergantung dengan jenis usia lelenya. Untuk induk lele, Eko biasanya memberi makan ayam. Sedangkan untuk benihnya, menggunakan pur. Bibit lele yang dimiliki Eko ini tidak membeli dari luar, melainkan ia juga memelihara induk lele sebagai penghasil bibit.
Untuk saat ini yang menjadi kendala Eko ada di pasarnya. Pasarnya kecil. Ia sempat meminta pasar ke Dinas Perikanan Gresik, tapi ia disuruh untuk mencari pasarnya sendiri. Sementara ini pasar yang dimiliki Eko hanya ada di Mojokerto. Bahkan di Gresik sendiri pun tidak ada, karena kalau ke Gresik, menurutnya akan boros biaya sebab jarak yang ditempuh juga agak jauh.
–
Kontributor : Ahmad Baharuddin Surya
Editor : Mintrojo Sahputra