PANCENG, Gresikpos.com – Semua orang pasti sudah tidak asing dengan minuman tradisional legen. Minuman ini biasa dinikmati saat cuaca sedang panas di siang hari. Biasanya ditambah sedikit es batu akan menambah kesegaran minuman ini.
Dusun Shoberoh di Kecamatan Panceng merupakan salah satu penghasil legen di Gresik. Kadang orang-orang menyebutnya dengan sebutan ‘Kampung Legen’. Tidak berlebihan karena memang mayoritas warganya merupakan petani legen selama puluhan tahun.
Pemasaran produk legen biasanya dilakukan petani langsung ke pelanggannya masing-masing. Walaupun sudah terbentuk Paguyuban Petani Legen, tetapi memang masih kurang maksimal dalam pemanfaatan, baik di penyamaan harga maupun pemasaran produk.
Atas inisiatif karang taruna setempat, mereka berniat memaksimalkan fungsi dari paguyuban itu agar dapat menjadi media untuk pemasaran produk dan menstabilkan penjualan petani legen.
Menurut ketua karang taruna, Habibul mengatakan bahwa walau produksi tidak menentu penjualan harus tetap stabil. Dari pemuda ingin memaksimalkan fungsi paguyuban agar dapat menstabilkan produksi dan penghasilan.
“Rencana ke depan akan menggunakan paguyuban untuk membantu penjualan karena sudah banyak yang mengetahui bahwa di sini Kampung Legen. Nantinya di setiap rumah anggota paguyuban akan dipasangi papan nama untuk pemesanan legen. Ini akan memudahkan pembeli agar langsung memperoleh hasil legen,” tutur Habibul, Senin (23/11/20)
Dari warga dusun sendiri sering mengikuti pameran produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sekitar Gresik. Tujuannya untuk menambah pasar yang lebih luas dan tentunya penghasilan. Sekaligus juga mereka ingin mengenalkan bahwa tempat asal mereka adalah ‘Kampung Legen’.
Ke depannya ada rencana untuk membuat desa wisata legen, namun masih banyak kendala yang harus diperbaiki. Hal ini juga bertujuan untuk menstabilkan pendapatan selain dari penjualan legen.
Penghasilan warga memang kebanyakan dari hasil pengolahan dan penjualan legen. Hasil sehari dari tiap petani legen bisa mencapai 100 liter per harinya. Namun, hasil penjualan banyak yang berbeda karena bergantung bisa menjual berapa banyak hasil dari panen legen itu sendiri.
“Omset di sini tidak bisa dipukul rata. Tergantung keuletan dan kerja keras masing-masing petani legen,” tambah Habibul.
Kendala lainnya adalah ketika pesanan legen datang dari tempat yang jauh seperti Surabaya dan Sidoarjo. Banyak yang tidak sanggup menerima permintaan tersebut karena daya tahan legen yang tidak lama.
“Untuk pemasaran jarak jauh di kota besar seperti Surabaya cukup susah karena legen asli produksi di sini hanya tahan satu hingga dua hari. Jika ingin bisa tahan lama yaitu dengan membekukan air legen agar bisa lebih awet,” jelas Habibul
Harapan besar agar bersama bisa memajukan Kampung Legen khususnya untuk pemerintah desa dan pemerintah daerah bisa lebih berperan aktif dalam pemasaran dan pengenalan Dusun Shoberoh sebagai Kampung Legen.
–
Kontributor : Mintrojo Sahputra
Editor : Ahmad Baharuddin Surya