KEDAMEAN, Gresikpos.com – Di Dusun Pendem Banyuurip Kedamean memiliki banyak potensi menarik yang perlu digali lebih dalam lagi. Terutama penjual tanaman yang berjejer di pinggir-pinggir jalan. Dari banyaknya penjual tanaman di sana, ada yang bernama dan ada yang tidak bernama.
Seperti salah satu penjual tanaman hias bernama Sugik. Tempat Sugik berjualan tanpa ada plakat nama yang membantu memberi identitas penjualnya. Menurutnya, selain memberi identitas, plakat nama yang tertera di depan itu juga berfungsi sebagai nama merek. Alasan Sugik tidak memberi nama karena ia mengerti kalau untuk memberi nama ia harus mengurus perizinan terlebih dahulu.
“Ini sengaja tidak saya beri nama, karena kalau memberi nama harus ada perizinannya dulu. Sedangkan yang di sebelah-sebelah ini memakai nama pemiliknya masing-masing,” ungkapnya.
Ada banyak tanaman yang ia jual. Selain tanaman hias, ia juga menjual tanaman buah. Tujuannya buat pembeli yang terkadang sewaktu-waktu memesan tanaman buah. Sehingga ia bisa menyediakannya.
“Ada tanaman hias dan tanaman buah. Untuk tanaman buahnya ini biasanya buat pembeli yang sewaktu-waktu memesan,” tambahnya.
Sugik membuka usahanya sejak tahun 2018. Awalnya ia sebagai karyawan pabrik. Namun setelah keluar, ia memutuskan membuka usaha tanaman hias agar dirinya bisa tetap bergerak dan bekerja. Di samping itu, tanah tempat ia berjualan adalah tanahnya sendiri. Dulu ia sampai menghabiskan tanah sebanyak 18 truk.
Satu truk tanah seharga Rp 400 ribu. Akan tetapi menurut tuturannya, di sekitar area warga berjualan, ada sebagian tanah kas desa yang disewa untuk berjualan. Dengan ukuran dan tempatnya masing-masing. Harganya berbeda-beda, per tahun Rp 700 sampai 900 juta.
“Tanah ini milik saya sendiri. Dulu saya sampai habis tanah sampai 18 truk. Per truknya Rp 400 ribu. Sebenarnya di sebelah ini ada tanah kas desa, per tahun harganya bisa mencapai Rp 700 sampai Rp 900 juta,” jelasnya.
Sugik membuka usahanya menggunakan uangnya sendiri. Ia tidak pernah meminjam bank atau siapa pun. Hanya saja waktu itu ia sempat kehabisan biaya. Akhirnya ia memutuskan menjual emas simpanannya.
Ia tidak bisa mengira-ngira omset per bulannya. Karena tidak ada pembukuan yang pasti dan tercatat. Selain itu, kalau ada uang, kadang langsung digunakan untuk membeli keperluan usaha. Namun per hari, ia bisa mendapat omset Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta.
Ramai atau tidaknya pembeli bergantung pada cuaca. Kalau kemarau, pembeli cukup banyak. Kalau musim hujan dan banjir seperti ini kadang pembeli tidak seberapa.
Pasokan tanaman yang ia jual berasal dari beberapa kota di Jawa Timur. Seperti Lumajang, Batu, Malang, dan Kediri. Sugik sendiri yang langsung mengambil ke sana. Untuk harga per tanamannya beragam. Itu juga bergantung jenis tanamannya. Paling murah berharga Rp 4 ribu, paling mahal sampai jutaan.
“Harganya beragam. Paling murah Rp 4 ribu. Paling mahal Rp 4 juta. Belum lagi kalau Bonsai, harganya bisa sangat mahal. Biasanya pembeli Bonsai itu orang yang suka seni. Jadi sebelum membeli, pembeli itu bisa mengira-ngira mau dibentuk pola seperti apa,” kata Sugik.
–
Kontributor : Ahmad Baharuddin Surya
Editor : Mintrojo Sahputra