MANYAR, Gresikpos.com – Ikan bandeng sangat terkenal di Kabupaten Gresik. Ikan yang selalu dijadikan event tiap tahun ini mempunyai peminatnya sendiri di kalangan masyarakat. Maka tak jarang tiap tahun di Gresik, pada akan akhir bulan Ramadhan, selalu ada event pasar bandeng.
Ada banyak olahan ikan bandeng. Salah satu yang cukup terkenal ada di Dusun Dagang Desa Tanggulrejo. Olahan ikan bandeng milik Masruroh ini terdiri dari lima olahan bandeng. Yakni presto, otak-otak, asap, pepes, dan bandeng mentah. Semua olahan tanpa duri.
Masruroh menjajaki usahanya sejak tahun 2010. Mulanya masih manual serba tangan. Kemudian lama-kelamaan, pesanan sudah banyak. Pada sekitar tahun 2013, ia baru menggunakan mesin.
Berketepatan saat itu juga ia sedang mengikuti pelatihan di Dinas Perikanan Jawa Timur. Di sana ia diberi pengarahan terkait pemasaran, olahan, pembungkusan dan lain sebagainya.
“Awalnya tahun 2010 dulu saya masih manual menggunakan tangan. Baru setelah ada pelatihan di Dinas Perikanan Jatim dan waktu itu juga pesanan sudah banyak, maka saya memutuskan membeli mesin untuk menghemat waktu,” jelasnya, Senin (14/12/20).
Modal awal yang dipakai Masruroh adalah modal sendiri. Ia bercerita jika dulu modalnya kira-kira mencapai Rp. 50 juta. Namun untuk pengembangan usaha, ia memutuskan meminjam uang di Bank Rakyat Indonesia (BRI) memakai Kredit Usaha Rakyat (KUR). Khususnya buat pembelian mesin produksi.
Usaha yang didirikan Masruro ini sudah berbentuk Usaha Dagang (UD) dengan nama UD. Arshaindo. Kalau untuk merek olahan bandengnya, Masruro menggunakan nama Bresto.
Selain olahan bandeng. Di UD. Arshaindo, Masruro juga produksi olahan jajan yang dinamainya Dapur Si Mbok. Olahan jajan yang ia buat sangat beragam. Biasanya dipesan orang untuk acara hajatan dan acara-acara yang lain.
“Iya, jadi di Arshaindo ini bukan hanya olahan bandeng. Dapur Si Mbok juga masuk di dalamnya. Untuk jajannya sangat beragam. Kadang sesuai permintaan pembeli. Pembeli biasanya memesan untuk acara-acara hajatan,” imbuhnya.
Pemasaran olahan bandeng sudah merambah sampai ke Jakarta. Awalnya hanya di Gresik dan Mojokerto. Karena di sana ada outlet milik keluarga. Kalau di Gresik ada juga, tempatnya di Kecamatan Manyar. Persis di sebelah jalan raya. Untuk pengiriman barang jauh, Masruroh biasanya mengirimkan produknya dalam bentuk frozen. Jadi bisa tahan lama.
“Pemasarannya paling jauh ke Jakarta. Dulu hanya di Gresik dan Mojokerto. Sekarang sudah merambah ke banyak daerah,” kata Masruroh.
Sayangnya, pemasaran olahan bandeng Bresto ini tidak secara online. Selama ini pemasarannya hanya bersifat pesanan offline. Karena ia masih belum tahu teknis bagaimana memasarkan produknya secara online.
Saat ditanya omset, Masruroh menuturkan jika ia kurang begitu paham. Bahkan ia cuma bisa mengira-ngira karena yang ia tahu hanya mengolahnya saja. Untuk pencatatan omset, ada sendiri yaitu adiknya. Namun ia bisa memberi kira-kira, antara Rp. 70 sampai Rp. 100 juta tiap tahunnya. Sebab terkadang kalau ada uang, biasanya dibuat langsung untuk melengkapi kebutuhan produksi. Jadi bersihnya secara total ia tidak sebegitu paham.
Olahan bandeng ini sudah melalui perizinan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Kata Masruro, “perizinannya agak ribet. Apalagi produk saya frozen, jadi mau tidak mau harus ada izinnya. Karena kalau tidak ada, barang tersebut tidak bisa dikirim,” ungkapnya.
Harganya sangat murah. Untuk otak-otak harganya Rp. 25-26 ribu. Presto harganya Rp. 16 ribu. Harga pepes sama dengan otak-otak. Kalau bandeng asap harganya Rp. 36 ribu.
–
Kontributor : Ahmad Baharuddin Surya
Editor : Mintrojo Sahputra