GRESIK, Gresikpos.com – Salah satu sektor yang paling terdampak pandemi adalah pada sopir tranportasi umum, contohnya para sopir angkot.
Saat tranportasi umum dihentikan beroperasi, para sopir angkot nasibnya sangat memprihatinkan, karena hampir sepuluh bulan mereka berhenti.
Ramlan, salah satu sopir angkot yang biasa beroperasi di Terminal Bunder ini mengatakan, “Sepuluh bulan itu bukan waktu yang sebentar. Efeknya sangat terlihat, banyak sopir angkot dari yang sebelumnya berpenghasilan, saat berhenti kemarin sama sekali tidak ada pemasukan”, jelasnya, Senin (26/10).
Ramlan merupakan contoh kecil saja dari sebagian para sopir angkot, lantaran ia masih punya penghasilan lain di luar dari menjadi sopir, tetapi itu pun tidak banyak.
Namun sekarang ia tetap beroperasi karena memang butuh tambahan uang untuk hidup sehari-hari.
Penghasilannya tidak menentu, kadang ada, kadang juga tidak membawa uang sama sekali. Bahkan kadang juga justru ia rugi, karena uangnya terpakai untuk membeli bensin, sedangkan tidak ada penumpang sama sekali.
“Tiap hari saya membawa uang tidak menentu. Kadang ada, kadang juga tidak ada. Bahkan hanya untuk mencukupi uang setoran saja. Sampai siang ini saja saya masih mendapat Rp 20 ribu”, ungkapnya.
Sering sekali Ramlan membawa pulang uang hanya sepuluh sampai dua puluh ribu. Penghasilan tersebut dipengaruhi oleh berapa lama angkotnya beroperasi.
Jam operasional Ramlan juga tidak menentu. Kalau penumpang terlihat sepi, pasti ia akan kembali saat itu juga. Tak jarang ia keluar pukul 6 pagi, sedangkan pada pukul 9 pagi, ia langsung membawa pulang angkotnya.
“Saya pulang itu melihat kondisi penumpang, sepi atau tidak. Kalau sepi, pukul 9 pagi langsung saya bawa pulang angkotnya. percuma juga beroperasi, karena nanti akan rugi di bensinnya”, tandas lelaki berumur 48 tahun itu.
Tranportasi angkot ini bisa dibilang sangat sepi sekali. Terhitung sangat parah. Kata Ramlan, dari 200 angkot yang ada, itu yang beroperasi hanya 7 angkot saja.
Kontributor : Ahmad Baharuddin
Editor : Agung Maps