GRESIK, Gresikpos.com – Pandemi merupakan tamu yang tanpa permisi datang ke rumah kita untuk menyapa para penduduk rumah. Kita yang di rumah justru dibuat kaku dengan kedatangannya tiba-tiba. Kita tidak ada persiapan sama sekali untuk menyambut sebagaimana mestinya tamu datang ke rumah.
Kondisi seperti itu hampir sama dirasakan di berbagai tempat, khususnya pada prosesi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Gresik mendatang. Padahal Pilkada sudah menjadi kegiatan rutin dilakukan setiap lima tahun sekali, bahkan bisa disebut sebagai pesta rakyat demokrasi.
Adanya pandemi seperti ini menjadi pengalaman baru bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Gresik. Karena akan ada tatanan baru yang mana mengubah serangkaian sistem Pemilihan Kepala Daerah.
Namanya juga hal baru, tentunya banyak pengalaman, tantangan, dan pembelajaran baru bagi penyelenggara, sebab Pilkada tahun ini akan jadi sejarah yang perlu dikenang.
“Ini justru menjadi tantangan bagi kami untuk serius. Karena apa yang kami lakukan akan menjadi sejarah, soalnya kita melaksanakan Pilkada saat pandemi”, kata Makmun, Komisioner KPU Gresik, Sabtu (07/11).
Pada proses rekrutmen penyelenggara pun mengalami perbedaan di tahun sebelum-sebelumnya. Ada sedikit kegelisahan waktu perekrutan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) kemarin. Mereka yang daftar takut ketika dicek kesehatannya menggunakan Rapid tes.
Makmun mengatakan, ketakutan mereka disebabkan bukan karena takut positif atau negatif, justru yang mereka takutkan adalah ketika nanti apabila benar-benar positif, mereka takut dikucilkan dari lingkungan sosialnya.
“Pandemi memang luar biasa dampaknya. Di antara saat melakukan rekrutmen KPPS. Banyak pertanyaan muncul disampaikan dengan kami terkait dengan Rapid tes. Karena yang ditakutkan dari Rapid tes itu bukan masalah positifnya, melainkan dampak sosialnya”, jelasnya.
Ketakutan-ketakutan seperti itu maklum adanya, karena berbarengan masa pandemi. Mereka banyak yang takut dengan dirinya masing-masing jika nantinya terpapar virus Covid-19.
Mengenai saat pencoblosan, Makmun memaparkan bahwasanya ada teknis pencoblosan yang berubah. Semula orang bisa langsung datang dan menentukan suaranya. Tetapi nanti berbeda, KPU berusaha tertib protokol kesehatan sesuai yang sudah ditentukan.
“Pertama ketika pemilih datang, maka panitia penyelenggara langsung mempersilahkan cuci tangan dan memakai hand sanitizer. Setelah itu, ada pengecekan suhu, jika normal. Maka pemilih langsung diberi sarung tangan dan apabila tensi suhunya di atas normal, maka ia harus dipindahkan secepatnya di bilik suara yang berbeda. Setelah memilih, memasukkan ke kotak suara. Kemudian yang semula jari dicelupkan ke tinta, tetapi sekarang ditetesi tinta sebagai tanda sudah menggunakan hak pilihnya” paparnya.
Semuanya berbeda, tidak seperti biasanya. Makmun menambahkan jika itu semua adalah usaha dari KPU untuk menyukseskan Pilkada tahun 2020 ini. Di samping itu, ini merupakan sudah jadi tugas bersama semua elemen masyarakat Gresik untuk menyukseskan Pemilihan Kepala Daerah 2020.
Kontributor : Ahmad Baharuddin
Editor : Agung Maps