MANYAR, Gresikpos.com – Desa Tanggulrejo di Kecamatan Manyar ini cukup menarik perhatian banyak kalangan. Selain letaknya strategis di antara dua kabupaten yakni Lamongan dan Gresik, desa ini mempunyai beberapa potensi desa yang bisa dibanggakan.
Abdul Karim Aly sebagai Kepala Desa (Kades) dua periode itu terus mencoba berbagai inovasi untuk desanya. Sampai di titik ia menciptakan Kampung Net. Tujuannya untuk menjadikan Desa Tanggulrejo sebagai Kampung berbasis internet.
Tidak ada keinginan yang berlebihan dari Abdul Karim. Ia hanya ingin warganya bisa mengakses internet dengan mudah dan murah. Awalnya ia sudah menyediakan wifi gratis di balai desa. Tetapi malah banyak anak kecil yang berebut main di sana. Sehingga membuat tempat tidak kondusif.
“Ide awal sebenarnya sederhana. Saya hanya ingin mengakses internet dengan mudah. Dulu saya sempat buka gratis di balai desa. Tetapi justru anak-anak kecil yang ramai rebutan wifi di sini (balai desa),” ungkap Abdul Karim. Senin (14/12/20).
Tentu Abdul Karim melakukan inovasi ini tidak sendirian. Ia dibantu beberapa ahli yang sengaja didatangkan agar bisa melatih pemuda-pemuda di sana. Mulai dari software, hardware sampai manajemennya.
Dimulai sejak tahun 2017 sampai sekarang total sudah ada sekitar 250 kabel yang saling terhubung. Itu bukan hanya dari Tanggulrejo saja, melainkan dari desa tetangga juga. Seperti Desa Keramat dan Desa Dukuhtunggal.
“Sekarang total sudah ada sekitar 250 kabel yang terhubung. Itu tidak dari Tanggulrejo saja. Ada desa lain yang meminta disambungkan. Seperti Desa Keramat dan Dukuhtunggal,” tambah Abdul Karim.
Abdul Karim menuturkan, mulanya menggunakan stasiun relay, tetapi sekarang apabila masih bisa dijangkau pakai kabel, tentu menggunakan kabel. Namun kalau tidak bisa dengan kabel, maka ada solusi lain yaitu pakai antena.
Meskipun sudah berjalan tiga tahun, tetapi Abdul Karim belum ada rencana untuk memasukkan Kampung Net ke Badan Usaha Milik Desa (BumDes). Ia berfokus pada layanan dan sosial, bukan pada bisnis. Yang terpenting menurutnya adalah supaya masyarakat bisa terpenuhi dulu kebutuhannya, kemudian bisa mengendalikan secara sosial.
“Belum masuk ke BumDes, karena fokus saya belum ke sana. Secara untung memang ada, tapi saya kembalikan lagi ke masyarakat. Yang paling penting sekarang masyarakat bisa terpenuhi dulu kebutuhannya dan bisa belajar mengendalikan internet,” jelas Abdul Karim.
Apalagi di masa pandemi seperti ini. Semua lembaga pendidikan mengalihkan sistem pembelajarannya melalui daring. Maka dari itu, Kampung Net hadir sebagai solusi praktis untuk memecahkan salah satu masalah pendidikan di Tanggulrejo. Bahkan Abdul Karim bercerita jika sejak pandemi, pesanan pemasangan wifi semakin bertambah.
Dari 250 kabel yang tersebar itu, sudah ada banyak pusat titik yang terpasang wifi. Seperti lembaga pendidikan yang ada di sana. Semua sekolahan sudah terfasilitas jaringan wifi.
Pemasangan wifinya pun terhitung murah. Hanya Rp. 250 ribu saja untuk pemasangan awal. Diambil dari biaya pembelian router dan kabelnya. Itu sudah gratis satu bulan. Per bulannya dihitung biaya per mega. Per meganya seharga Rp. 70 ribu.
Selain itu, Abdul Karim juga dalam Kampung Net ini melakukan pemberdayaan terhadap pemuda di sana. Artinya pemuda yang mengelola Kampung Net harus bisa berkembang dan beregenerasi. Sesuai harapannya, kalau bisa mereka yang sudah mendapat ilmu di Kampung Net, mereka bisa mengaplikasikannya di tempat lain.
“Pengelola di sini harus bisa berkembang. Kalau sudah bisa di sini, ya mereka harus keluar mengembangkan di tempat lain. Dan di sini pengurusnya juga bergantian. Jadi ada generasinya,” harapannya.
Cuma yang menjadi keluhan Abdul Karim saat ini adalah belum tercukupi pasokan kuota dari Indihome. Pasalnya yang ia butuh kan saat ini hampir mencapai 300 mega. Sehingga itu yang menjadi kendala. Pihaknya sudah beberapa kali mengajukan, bahkan sempat ke Dinas Informasi dan Komunikasi Gresik, namun hasilnya tetap sama.
“Sekarang pasokan kuota kami belum dipenuhi dari indihome. Totalnya hampir ada 300 mega. Saya juga tidak tahu kenapa kok belum ada sampai sekarang,” imbuhnya.
–
Kontributor : Ahmad Baharuddin Surya
Editor : Agung Maps