MANYAR, Gresikpos.com – Model jilbab di kalangan perempuan sepertinya tidak akan pernah kehabisan gaya. Setiap waktu selalu memunculkan gaya model baru yang menyesuaikan keadaan.
Kondisi seperti itu menjadi peluang besar untuk pengusaha konveksi jilbab. Seperti halnya salah satu pengusaha konveksi jilbab di Desa Tanggulrejo milik Bidayatul Afifah dengan merek Annikmah.
Usaha ini mulanya dirintis ibunya tahun antara 1995 dan 1996. Kemudian tahun 2016, usahanya diambil alih oleh Bidayatul Afifah selaku anaknya. Awalnya dijual secara offline di pasar-pasar Surabaya. Namun sejak tahun 2016 itu, penjualannya full dialihkan ke online.
“Dulu waktu dipegang ibu, jualannya di pasar Surabaya. Tetapi sejak tahun 2016, jualannya sudah saya alihkan ke online,” tutur Abida, Senin (14/12/20).
Sampai sekarang tren jilbab tidak pernah berhenti. Bahkan Abidah perbulannya bisa mendapat omset berkisar antara Rp. 30 sampai Rp. 50 juta. Untuk bersihnya ia bisa mendapat Rp. 10 juta.
Selain itu pasarnya pun sudah merambah sampai ke luar negeri. Abidah bercerita jika ia sampai mendapat pesanan dari Thailand dan Jedah.
“Pembelinya menyeluruh, bahkan luar negeri juga ada. Kemarin sempat dapat pesanan dari Thailand dan Jedah,” jelasnya.
Modal awalnya dulu Rp. 10 juta dari modalnya sendiri. Tetapi tidak lama Abida dapat pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari salah satu bank. Selain usaha, Abidah juga mencoba memberdayakan warga sekitar. Warga sekitar diberdayakan untuk menjahit kain. Itu bisa dilakukan di rumahnya masing-masing.
Satu hari ia bisa menjahit sebanyak 200 sampai 300 jilbab. Ia akan berproduksi ketika hanya ada pesanan saja. Kemudian disebarkan ke para distributor yang ada di berbagai daerah. Contohnya di Gresik, Sidoarjo, Lombok, Bali, Lamongan, dan beberapa daerah lainnya.
Jenis model jilbabnya sangat beragam, mengikuti tren atau gaya yang berkembang. Harganya juga murah, berkisar antara Rp. 20 sampai Rp. 50 ribu. Terkadang ada beberapa kelompok warga, baik lembaga atau institusi biasanya mereka bisa memesan model dan jenis kainnya.
Sementara ini, Abidah tidak terlalu ada kendala. Hanya saja ada sedikit kendala di penjahitnya. Karena Abidah selalu menyesuaikan dan memberi pengarahan terkait bagaimana tata cara jahitannya.
“Tidak terlalu ada kendala sih. Mungkin ada di penjahitnya. Karena ini kan online, jadi yang terpenting adalah kualitas. Makanya di penjahitnya perlu diberi pengarahan,” kata perempuan alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) itu.
–
Kontributor : Ahmad Baharuddin Surya
Editor : Mintrojo Sahputra