Peringatan hari Hari Guru tahun ini tidak seperti biasanya. Para siswa di sekolahan biasanya melakukan sungkeman sebagai bentuk rasa terima kasih mereka kepada jasa seorang guru. Namun sekarang kegiatan seperti itu tidak ada akibat pandemi yang masih melanda.
Ada juga dalam video yang viral di media sosial, seorang guru seolah-olah mengajar siswanya di kelas, padahal nyatanya kelas itu sama sekali tidak ada siswa. Hal itu menujukan sebuah kerinduan mendalam seorang guru dengan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Pandemi mengajarkan bahwa ilmu terbesar adalah kasih sayang, bukan soal teori atau nilai angka. Guru dan siswa walaupun tidak mempunyai hubungan darah tetapi di sana ada ikatan rasa yang akan terus terjalin sampai kapan pun. Bahkan Sayidina Ali mengatakan bahwa “aku adalah budak bagi orang yang mengajariku walau satu huruf”.
Saat inilah orang tua menyadari jika mendidik seorang anak tidaklah mudah. Sebelum pandemi, orang tua hanya berfokus mencari nafkah dan sesekali mengajari anaknya. Maka saat inilah orang tua dituntut peran ganda, selayaknya peran yang seharusnya dia emban yakni menafkahi dan mengajarkan ilmu ke anaknya.
Pada saat inilah orang tua harus mulai berpikir dan merenungkan diri, bahwa tugas seorang guru di sekolah tidak semudah itu, apalagi dengan gaji yang minim, jauh dari kelayakan, bagaimana keikhlasan itu terpatri dalam diri seorang guru. Jika dulu, sebelum pandemi, ada orang tua protes ketika anaknya dicubit, atau hal-hal yang tidak mengenakan menurutnya, maka sekarang setidaknya mereka mulai sadar diri betapa susahnya mendidik anak-anaknya di sekolahan.
Bagi seorang murid, pada saat pandemi inilah dia akan menyadari betapa pentingnya belajar tatap muka bertemu gurunya, sebab sekarang banyak siswa yang terlalu mudah meremehkan waktu jam masuk sekolah.
Jika di rumah orang tua hanya bisa memberi ilmu sebisanya, bahkan ada juga orang tua yang merasa frustrasi dan akibatnya anak dijadikan pelampiasan. Lalu lihatlah saat dikelas, guru dengan kode etik gurunya, ketika siswanya nakal dan tidak bisa, paling-paling diperingati, kalau dicubit pun hanya sebagai efek kejut agar yang lain tidak meniru dan pada akhirnya guru akan menjelaskan apa yang sebenarnya ia lakukan biar siswa tidak sakit hati.
Guru, akronim dari “digugu dan ditiru” merupakan sebuah kata yang menunjukkan bahwa seorang guru adalah teladan bagi muridnya. Menjadikan siswa yang tidak hanya pandai secara keilmuan tapi juga cakap secara moral. Tugas dan tanggung jawab seorang guru begitu besar, tapi apakah guru sudah diperlakukan sebesar perjuangan dan jasanya.
Jika guru dituntut untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang berujung pada kesejahteraan, maka pertanyaannya apakah guru sudah sejahtera?
Ada yang bilang “dadi guru iku gudhu ikhlas, ojok mikiri duwek”, tapi pertanyaannya, apakah guru itu tidak perlu makan, memenuhi kebutuhan hidupnya, hal itulah yang perlu dipikirkan untuk meningkatkan kesejahteraan guru, sebab bagaimana guru bisa fokus mengajar sedangkan urusan dapur tidak bisa mengepul?
Guru yang paling terdampak adalah guru honorer, karena mereka sifatnya bukan pegawai negeri yang bayarannya tidak masuk dalam catatan pengeluaran negara. Itulah yang membuat keprihatinan tersendiri apalagi dalam pandemi ini. Secara otomatis waktu dan tenaga lebih banyak dikeluarkan dan akan berdampak pada penambahan pengeluaran yang tidak sebanding dengan pemasukan.
Pihak terkait diharapkan lebih memperhatikan guru honorer sebab dampak pandemi pada pendidikan sangatlah besar. Menurunnya tingkat kecerdasan SDM, baik intelektual maupun moral tidak dapat terelakkan dan itu hanya bisa dikikis oleh kemampuan guru untuk meminimalisir dampak dengan mendorong guru lebih inovatif dan komunikatif bahkan mencari metode pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk lebih nyaman belajar.
Pada pandemi kita belajar tentang welas asih dan perubahan besar pasca pandemi selayaknya muncul dan menjadi budaya baru, yakni lebih menghargai sesama, terutama menghargai jasa seorang guru.
–
Penulis :

Miftahul Ulum, kelahiran Gresik, 17 Maret 1993. Sekarang tercatat sebagai mahasiswa aktif di Institut Agama Islam Qomaruddin Jurusan Hukum Islam.
–
*Isi tulisan merupakan tanggung jawab sepenuhnya oleh penulis. Tim editor Gresik Pos hanya menyunting redaksi kebahasaan tanpa menghilangkan inti dari tulisan.