DRIYOREJO, Gresikpos.com – Dilansir oleh bmkg.go.id, prakiraan musim hujan akan terjadi pada awal bulan Oktober. Provinsi Jawa Timur, 34,8% wilayahnya akan menyambut datangnya musim hujan tahun 2020 ini. Namun, tidak seluruh prediksi dapat terjadi. Banyak faktor yang memengaruhi turun tidaknya hujan di beberapa wilayah.
Gresik menjadi salah satu wilayah yang hingga bulan November ini masih beberapa kali merasakan sejuknya dingin hujan. Banyak dampak yang ditimbulkan akibat hujan yang tak kunjung turun kembali. Menyikapi kejadian ini, petani di beberapa kecamatan di Kabupaten Gresik mengeluh akan kondisi tanaman yang biasa ditanam saat musim hujan, seperti cabai dan padi.
Di Kecamatan Driyorejo misalnya. Terdapat sebuah desa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, yakni di Desa Wedoroanom. Petani sangat cemas ketika melihat padi yang ditanam, tumbuh dengan warna daun memutih atau warga setempat menyebutnya sebagai ‘pari bule’.

Tidak tanggung-tanggung, warga yang khawatir dengan kegagalan panen, mulai berbondong-bondong menyirami padi yang sudah tumbuh memutih. Akibatnya para petani membutuhkan air yang lebih untuk mengairi sawahnya. Tidak ada yang tahu bagaimana padi tersebut akan pulih atau justru mati, yang pasti, para petani mulai cemas akan fenomena yang sudah lama tak terjadi ini.
“Menyirami sawah yang luasnya hampir seukuran lapangan sepak bola sangat membutuhkan tenaga ekstra, apalagi seperti sawah saya yang sangat jauh dari waduk. Ya saya cuma bisa pasrah dan menyirami semampunya”, kata Anshori saat diwawancarai.
Dampak lain juga sangat dirasakan oleh mayoritas petani di Wedoroanom, seperti waduk mulai mengering, tanah sawah mulai berongga dan tanaman penghasil kebutuhan pokok mulai mengering.
Kontributor : Ananda Fani
Editor : Ahmad Baharuddin